22.24 -
No comments


pengembangan supervisi klinis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya
melalui Depdiknas terus menerus berupaya melakukan berbagai perubahan dan
pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah satu upaya yang sudah dan sedang
dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan
pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki
mutu guru di Indonesia. Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad
Hisyam mengemukakan bahwa “educational
change depends on what teachers do and think…”. Pendapat tersebut
mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat
bergantung pada “what teachers do and think “. atau dengan kata lain bergantung
pada penguasaan kompetensi guru.
Jika kita amati lebih jauh tentang
realita kompetensi guru saat ini agaknya masih beragam. Sudarwan Danim
mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru
belum mampu menunjukkan kinerja (work
performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum
sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh
karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kinerja guru.
Berkaitan dengan hal diatas, supervisi
pendidikan yang merupakan proses pemberian bantuan untuk peningkatan mutu
pendidikan, maka untuk itu supervisi
dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada Guru, dari Pengawas kepada Kepala
Sekolah & Guru, dari Guru kepada Guru, dan dari Kepala Sekolah kepada
Kepala Sekolah.
Supervisi biasanya juga diikuti
pengawasan yang berarti pembinaan. Pembinaan ini dapat dalam bidang akademik
dan administratif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hakikat supervisi adalah
proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas mengelola proses belajar mengajar bagi
siswa. Pengembangan profesionalisme guru merupakan proses belajar yang terus
menerus pada berbagai tingkatan. Program Pengembangan Profesionalisme Guru yang
berkualitas dapat meningkatkan kemampuan guru untuk mewujudkan visi dan tujuan
sekolah. Dengan demikian fungsi supervisi adalah salah satu mekanisme untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar
peserta didik yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik pula.
Kualitas guru sangat didorong oleh peran
kepala sekolah sebagai menejer, dan supervisor. Kepala sekolah sebagai
supervisor mempunyai pengaruh yang besar terhadap guru, untuk memberdayakan
peran aktif guru dalam tugas yang harus dikerjakannya. Piet A. Sahertian dan
Fran Mataheru (dalam Wahyudi.2012:41) menjelaskan bahwa
Membantu
pertumbuhan jabatan guru merupakan salah satu tugas supervisor yang penting,
guru memerlukan pengetahuan dalam menganalisa situasi belajar menetapkan
perinsif psikologi modern dalam pengajaran, pengetahuan, reseach, pengetahuan kerja sama, pendek kata mereka membutuhkan
jabatan mereka.
Dalam
upaya membantu pertumbuhan jabatan guru, tindakan yang paling dominan adalah pelaksanaan
binaan dari seorang kepala sekolah sebagai supervisor melakukan kegiatan
supervisi terhadap guru dalam kegiatan pembelajaran. Disamping itu supervisi
juga memegang peranan penting dalam meningkatkan keberhasilan guru dalam
mengajar. Apabila pelaksanaan supervisi dilakukan dengan baik maka kemampuan
profesional guru menjadi semakin baik, dan sebagai dampaknya akan membantu
peningkatan kinerja guru oleh sebab itu pelaksanaan supervisi perlu mendapat
perhatian kepala sekolah, agar situasi belajar mengajar menjadi lebih baik dan
optimal. Hal tersebut senada dengan pendapat Sagala, (2009,195) bahwa hakekat
supervisi adalah:
sebagai bantuan
dan bimbingan professional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional
guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi,
koordinasi, dan bimbingan secara kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan
guru secara individual maupun kelompok.
Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai supervisor
dipandang perlu memberi peluang kepada guru untuk berotonom dalam tugasnya
membina siswa. Guru boleh melengkapi materi yang sudah ditentukan, boleh
mencari sendiri alat-alat belajar yang tepat,
boleh menentukan sendiri aktifitas aktifitas siswa yang tepat.
Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
ditentukan oleh kinerja guru sebagai pendidik. Untuk itu kinerja memegang
peranan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal. Berkaitan
dengan hal tersebut, kondisi yang terlihat di Sekolah Dasar Negeri 19 Padang
Tongga Kecamatan Lubuk Basung, kinerja
guru belum terlihat maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari pengamatan langsung
yang dilakukan selama mengajar di SDN 19 Padang Tongga. Kekurangan yang
terlihat seperti guru yang kurang mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan
baik, kurang terampil menggunakan media pembelajaran, kurang bisa mengaktifkan
siswa dalam belajar, kurang mampu menentukan metode yang tepat, kurang mampu
mengelola kelas, dan kurang menguasai materi yang diajarkan, guru hanya mampu
mengajar dengan menggunakan buku teks, dan sebagainya.
Pelaksanaan
supervisi juga memegang peranan penting dalam meningkatkan keberhasilan guru
dalam mengajar. Apabila pelaksanaan supervisi dilakukan dengan baik maka
kemampuan profesional guru menjadi semakin baik, dan sebagai dampaknya akan
membantu peningkatan kinerja guru dan oleh sebab itu pelaksanaan supervisi
perlu mendapat perhatian sekolah agar situasi belajar mengajar menjadi lebih
baik dan optimal.
Pelaksanaan
supervisi saat ini belum sesuai dengan tujuan supervisi itu sendiri, yaitu guru
masih merasakan kegiatan supervisi yang dilakukan supervisor merupakan hal yang
menjadi suatu yang memberatkan guru, baik terhadap mental dan kondisi kesiapan
guru. Guru merasakan supervisi yang dilaksanakan oleh supervisor identik dengan evaluasi sehingga guru merasa
resah dan kadang mencari alasan untuk disupervisi. Beberapa kesenjangan pada
studi awal bahwa guru belum memamfaatkan supervisi itu menjadikan suatu
kebutuhan guru untuk membantu guru tersebut dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Sehubungan
dengan hal di atas, harapan itu nampaknya belum terpenuhi. supervisi pengajaran
yang biasa dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru, belum
memberikan dampak positif, karena supervisi yang dilakukan belum mampu membuat
semua guru produktif, sebab proses tindak lanjut belum terlaksana secara optimal.
Hal ini disebabkan pelaksanaan supervisi di lapangan masih cenderung bersifat
formalitas guna memenuhi admistrasi pembelajaran
Dengan
demikian supervisi yang dilakukan kepala sekolah kurang sesuai dengan kondisi
dan permasalahan guru yang sebenarnya. Sebagai tindak lanjut dari temuan-temuan
di atas maka kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya memilih dan
menggunakan teknik supervisi yang tepat, salah satunya adalah teknik supervisi
klinis sehingga kepala sekolah bisa membantu guru dalam menemukan dan memperbaiki
ketimpangan-ketimpangan perilaku mengajar guru yang selama ini belum teratasi
sampai guru tidak lagi mengalami permasalahan sehingga tujuan pendidikan dapat
terlaksana sebagaimana mestinya.
Menurut
lanip prasojo dan sudiyono, supervisi
klinis adalah “pembinaan peformansi guru dalam pengelolaan proses pembelajaran.
Dan supervise klinis ini ada dua macam (1). Pengembangan professional, (2).
motivasi kinerja guru”. Selain pendapat tersebut Pidarta (2009; 128)
mengungkapkan bahwa “supervisi klinis adalah
supervisi yang khas, yang pelaksanaannya sangat mendalam, detail, dan intensif
untuk manangani guru-guru yang sangat lemah”.
Berdasarkan
tujuan supervisi menurut pendapat para ahli diatas maka pada SDN 19 Padang
Tongga perlu dilakukan suatu tindakan supervisi teknik klinis oleh kepala
sekolah SDN 19 Padang Tongga. Kondisi
tersebut menjadi suatu hal menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian
sebagaimana dimaksud. Adapun beberapa alasan
penelitian dengan pengembangan teknik supervisi klinis ini adalah:
1. Terdapat
beberpa masalah kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervise yang
dirasakan oleh guru. Guru merasa supervisi itu identik dengan evaluasi, terlalu
luas dan bersifat umum, tidak didasarkan kebutuhan guru, memberikan balikan
tidak terarah dan memberikan pengarahan bersifat intruksi.
2. Banyak
guru dalam melakukan proses mengajar di kelas tidak memahami keterampilan dasar
mengajar bahkan kronis.
3. Tingkat
kinerja guru rendah dan kurang menyukai profesinya.
Dengan
mencermati latar belakang tersebut di atas, maka perlu peneliti untuk
meningkatkan kinerja guru khususnya keterampilan dasar mengajar guru di kelas
dan meningkatkan peran kepala sekolah sebagai supervisor dengan jalan
pengembangan supervisi pendidikan melalui teknik supervisi klinis.
Untuk
itu penelitian ini difokuskan pada jenis penelitian tindakan. Penelitian
tindakan sangat potensial untuk membantu memecahkan masalah guru dalam
menjalankan profesinya sekaligus guna meningkatkan kinerja guru yang
bersangkutan. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah melakukan perbaikan
pengembangan realitas sosial tentang supervisi pendidikan dengan teknik
supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah selaku supervisor, dan sasasran
utamanya adalah peningkatan kinerja guru dalam proses
pembelajaran dikelasnya.
B. Fokus
Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka dalam penelitian ini difokuskan pada pengembangan teknik supervisi
klinis untuk meningkatkan kinerja guru. Selanjutnya fokus penelitian ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana
perkembangan persepsi kepala sekolah terhadap teknik supervisi klinis?
2. Bagaimana
perkembangan persepsi guru terhadap pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan
oleh kepala sekolah?
3. Bagaimana
perkembangan setiap siklus pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh
kepala sekolah sebelum dan sesudah dkembangkan?
4. Bagaimana
perkembangan kinerja guru dalam setiap siklus pelaksanaan supervisi klinis
sebelum dan sesudah dikembangkan? Mencakup pada:
a. Bagaimana
merencanakan pembelajaran
b. Bagaimana
memilih serta menggunakan metode yang sesuai?
c. Bagaimana
memilih media media pembelajaran yang efektif?
d. Bagaimana
mengembangkan kreatifitas anak?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan
pemahaman kepala sekolah tentang pentingnya supervisi
klinis.
2. Meningkatkan
pemahaman kepada guru tentang pentingnya supervisi klinis.
3. Mengembangkan
pelaksanaan teknik supervisi klinis.
4. Peningkatan
kinerja guru yang mencakup:
a.
Bagaimana merencanakan pembelajaran?
b.
Bagaimana memilih serta menggunakan
metode yang sesuai?
c.
Bagaimana memilih media media
pembelajaran yang efektif?
d.
Bagaimana mengevaluasi dan
menindaklanjuti hasil evaluasi?
e.
Bagaimana mengembangkan kreatifitas
anak?
Secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk menyajikan hasil pengembangan persepsi kepala sekolah terhadap
pelaksanaan supervisi klinis dan berbagai dampak yang menyertainya, yaitu :
1. Meningkatkan
persepsi kepala sekolah terhadap teknik supervisi klinis.
2. Membuat
persepsi guru menjadi positif terhadap pelaksanaan supervisi klinis yang
dilakukan oleh kepala sekolah
3. Mengembangkan
teknik supervisi klinis yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan
kinerja guru
4. Mengembangkan
kinerja guru pada setiap siklus pelaksanaan supervisi klinis
D. Kegunaan
Penelitian
Pada dasarnya hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pelaksanaan supervisi klinis yang sesuai dengan ketentuan
dan prinsip supervisi klinis. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat:
1. Menambah
wawasan dan khasanah dalam pengembangan konsep pelaksanaan supervisi klinis di
SDN 19 Padang Tongga Kec. Lubhuk Basung.
2. Menjadi
masukan bagi kepala sekolah untuk menindaklanjuti pelaksanaan supervisi klinis
di sekolahnya.
3. Menjadi
motivasi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku mengajar sehingga
hasilnya optimal.
E. Asumsi
Penelitian
SDN 19 Padang Tongga Kec. Lubhuk
Basung. merupakan sekolah yang masih
mendapat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat disekitanya, meski demikian masih
ada beberapa guru yang masih mempunyai kelemahan pada berbagai aspek yang
berkaitan dengan pembelajaran, dan bisa dikategorikan belum memiliki
profesionalisme pada bidangnya. Berdasarkan pengamatan kekurangan tersebut
sudah tergolong kronis sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kesenjangan-kesenjangan antara perilaku mengajar yang nyata dengan perilaku
mengajar yang ideal. Sesuai dengan persoalan tersebut maka pendekatan supervisi
klinis sangat tepat untuk dikembangkan oleh kepala sekolah pada SDN 19 padang
tongga ini.
F. Definisi
Operasional Variabel
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman,
maka perlu didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut :
1. Supervisi
klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses
bimbingan dan perbaikan terhadap bagian-bagian atau aspek-aspek perilaku
kesulitan mengajar guru didalam kelas yang bersifat kronis sampai guru dapat
mengajar dengan baik.
2. Persepsi
Kepala Sekolah
Persepsi kepala sekolah adalah
pandangan, pemahaman, tanggapan, dan penilaian kepala sekolah terhadap teknik
supervisi klinis.
3. Persepsi
Guru
Persepsi guru adalah pandangan,
pemahaman, tanggapan dan penilaian guru terhadap pelaksanaan supervisi klinis
yang dilakukan oleh kepala sekolah.
4. Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kegiatan guru
dalam melaksanakan tugas mengajar yang meliputi, perencanaan pembelajaran, penguasaan
materi, penggunaan metode, pengelolaan kelas untuk mengaktifkan anak, evaluasi
dan program perbaikan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari berbagai paparan data di atas maka dapat diambil kesimpulan sementara
sebagai berikut :
1.
Supervisi ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui guru-gurunya.
2.
Supervisi ditujukan untuk membina
para pendidik bukan untuk mencari-cari kesalahan pendidik.
3.
Ada beberapa teknik supervisi yang
dilaksanakan oleh sekolah, diantaranya yang dilaksanakan di SD Negeri 19 Padang
Tongga. Supervisi yang dijalankan berupa supervisi klinis.
B. Saran
1.
Pelaksanaan supervisi di setiap
lembaga pendidikan harus dijalankan secara serius dan berkala agar kualitas
pendidikan di Indonesia dapat lebih baik.
2.
Pembinaan yang dilaksanakan kepada
guru harus dilakukan secara efektif sehingga setiap guru mampu meningkatkan kualitas
mengajarnya menjadi lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
3.
Jumlah guru haruslah di sesuaikan
dengan kapasitas sekolah, jangan sampai melebihi kapasitas karena akan terjadi
kekacauan dalam pengaturan jadwal mengajar dan juga berpengaruh pada kegiatan
supervisi yang ada menjadi tidak menyeluruh.
4.
Kembangkan terus metode supervisi
klinis guna peningkatan kulaitas guru pada SD Negeri 19 Padang Tongga,
tingkatkan kepercayaan diri para guru agar setiap guru mampu menjadi guru model
dan berbagi metode mengajarnya kepada guru-guru yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar