Minggu, 06 April 2014

22.06 - No comments

keefektifan pendidikan

HENDRA SYAHRONI, M. Pd

KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN

1. Sekolah Efektif
Efektivitas Sekolah menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Sekolah efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya.
Mutu pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan tersebut merupakan produk akumulatif dari seluruh layanan yang dilakukan sekolah dan pengaruh dari suasana/iklim yang kondusif yang diciptakan di sekolah. Berbagai perspektif dapat dikemukakan berikut ini:
a. Sekolah Efektif dalam Perspektif Mutu Pendidikan.
Penyelenggaraan layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah efektif. Di lingkungan sistem persekolahan, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak. Menurut persepsi kebanyakan orang (orang tua dan masyarakat pada umumnya), mutu pendidikan di sekolah secara sederhana dilihat dan perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan dalam hasil-hasil ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya, sebagian besar atau seluruhnya, memperoleh nilai/angka yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Sekolah Efektif dalam Perspektif Manajemen.
Manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Tindakan-tindakan manajemen tersebut bersumber pada kebijakan dan peraturan-peraturan yang disepakati bersama yang diwujudkan dalam bentuk sikap, nilai, dan perilaku dari seluruh orang yang terlibat di dalamnya. Tindakan-tindakan manajemen tidak berlangsung dalam satu isolasi, melainkan terjadi dalam satu keutuhan kompleksitas sistem.
Apabila dilihat dalam perspektif ini, maka dimensi sekolah efektif meliputi :
a) Layanan Belajar bagi Siswa
b) Pengelolaan dan Layanan Siswa
c) Sarana dan Prasarana Sekolah
d) Program dan Pembiayaan
e) Partisipasi Masyarakat
f) Budaya Sekolah
c. Sekolah Efektif dalam Perspektif Teori Organisme.
Sekolah efektif mampu mewujudkan apa yang disebut sebagai “self-renewing schools” atau “adaptive schools”, atau disebut juga sebagai “learning organization” yaitu suatu kondisi di mana kelembagaan sekolah sebagai satu entitas mampu menangani permasalahan yang dihadapinya sementara menunjukkan kapabilitasnya dalam berinovasi. Menurut teori organisme, dunia ini bukan benda mati, melainkan merupakan suatu energi yang memiliki kapasitas berubah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Teori Keefektifan Sekolah
a. Model keefektifan sekolah yang terpadu dari Scheerens (Scheerens, 1990). Model ini berdasarkan suatu tinjauan literatur pembelajaran dan penelitian keefektifan sekolah. Asumsi pokoknya adalah bahwa tingkat organisasi yang lebih tinggi akan memudahkan kondisi yang meningkatkan efektivitas pada tingkat yang lebih rendah. Scheerens menjelaskan bahwa sekolah efektif memiliki beberapa karakteristik, yakni sekolah yang memiliki pemimpin yang memahami kepemimpinan dalam bidang pendidikan, memiliki kualitas kurikulum/ kesempatan untuk belajar, memiliki orientasi kepada prestasi, memperlihatkan waktu belajar yang efektif, adanya umpan balik dan penguatan, suasana ruang belajar yang baik, iklim sekolah yang baik, adanya keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua, memiliki independen belajar (kemandirian dalam belajar), melaksanakan evaluasi terhadap potensi sekolah, konsensus dan kohesi, memiliki instruksi yang tersusun (kebijakan sekolah yang jelas), dan kebijakan yang diadaptasikan dengan situasi dan kondisi.
b. Model Slavin/Stringfield. Model QAIT/MACRO yang dikembangkan oleh Stringfield dan Slavin (1992). QAIT berarti kualitas, kelayakan, motivasi, dan waktu; MACRO adalah singkatan untuk tujuan yang jelas, perhatian kepada fokus akademik, koordinasi, perekrutan dan pelatihan, serta organisasi. Model ini memiliki empat tingkat: Tingkat siswa dan pelajar individu, Para profesional yang berinteraksi langsung dengan para siswa, Sekolah, dengan kepala sekolah, para personil sekolah, dan program-program, “yang mempengaruhi belajar siswa dengan mempengaruhi cara di mana para siswa, guru dan orangtua bertindak dan berinteraksi” dan Tingkat di atas sekolah, yang terdiri dari masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat.
c. Model Creemers untuk belajar sekolah. Inti model ini berkaitan erat dengan model Carroll. Blok pembelajaran diuraikan lebih lanjut dalam tinjauan luas, yang disebutkan sebelumnya. Dalam model ini juga, tingkat organisasi dan kontekstual sekolah yang lebih tinggi akan memudahkan kondisi yang meningkatkan efektivitas pada tingkat yang lebih rendah. Terjadinya interaksi belajar yang optimal sangat ditentukan oleh penciptaan situasi belajar (learning situation) yang kondusif, di mana guru harus menciptakan berbagai situasi yang memungkinkan interaksi belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Situasi belajar terjadi manakala guru memiliki sejumlah persiapan yang memadai dalam hal perencanaan kegiatan pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang cocok, strategi yang baik, serta sistem evaluasi yang mengena.
Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya, sebagian besar atau seluruhnya, memperoleh nilai/angka yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, hasil pendidikan yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif. Artinya, di samping ditunjukkan oleh indikator seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagaimana dilihat dalam perolehan angka/nilai yang tinggi, juga ditunjukkan oleh seberapa baik kepemilikan kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak dalam kepercayaan diri, kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi-pekerti, beriman dan bertaqwa, tanggung jawab sosial dan kebangsaan, apresiasi, dan lain sebagainya. Analisis di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa konsep sekolah efektif berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah.
3. Peta Konsep Tentang Keefektifan Sekolah
Konsep keefektifan sekolah bisa dibagi, menurut kerangka yang sangat umum, menjadi suatu ranah akibat dan ranah sebab atau alat.
4. Dasar Pengetahuan Untuk Meningkatkan Keefektifan
Dalam fungsi pendidikan, proses pendidikan di sekolah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi konsumsi pendidikan dan dimensi investasi dari pendidikan. Dimensi konsumsi pendidikan mengacu kepada peranan sekolah dalam membina pribadi dan aspek humanistik pada pelajar. Sementara dimensi investasi, mengacu kepada pengharapan terhadap sekolah dalam pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik, memperoleh pekerjaan yang terbaik serta dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat dan bangsa.
Dengan demikian pendidikan di sekolah di samping mengupayakan proses humanisasi terhadap pribadi setiap anak dan sekaligus memfungsikan dirinya sebagai sumber daya manusia dan sebagai pelaku pembangunan. Suatu filosofi tidak dipungkiri lagi bahwa semakin terdidik seseorang maka semakin besar produktivitasnya yang dihasilkan di dalam pembangunan bangsanya. Namun untuk mencapai hasil terbaik dari peranan sekolah, maka proses pendidikan di sekolah harus dikelola secara lebih fungsional sehingga benar – benar efektif.
Dasar pengetahuan untuk meningkatkan keefektifan adalah untuk meningkatkan sekolah efektif dengan adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah sehingga sekolah memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas, sekolah mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi dan siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan sehingga diharapankan lulus dengan mampu menguasai pengetahuan akademik, sekolah memberi penghargaan bagi siswa yang berprestasi, para siswa juga diharapkan mempunyai tanggungjawab yang diakui secara umum dan kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama-sama dengan para guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademiknya. Sehingga sekolah yang efektif dapat mempunyai lima ciri penting yaitu; (1) kepemimpinan yang kuat; (2) penekanan pada pencapaian kemampuan dasar; (3) adanya lingkungan yang nyaman; (4) harapan yang tinggi pada prestasi siswa; (5) dan penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.
5. Supervisi dan Bimbingan dari Kepala Sekolah dan Kolega Guru
Guru yang baik juga memiliki pelatihan akademis dan klinis yang memungkinkan mereka untuk mengajar siswa untuk tingkat penguasaan dan untuk menangani hubungan sosial yang kompleks di dalam kelas dengan cara yang mendorong pembelajaran dan sikap konstruktif sekolah. Pembinaan adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan pendidikan sekolah. Sebaliknya, proses pengawasan dan pembinaan teman sebaya jauh lebih bersifat informal dan santai. tidak mengharuskan langkah yang menyatakan secara terbuka dan prosedur dan formulir disiapkan. karena pengawasan teman sebaya hampir selalu sukarela, tidak pernah ada kebutuhan akan interventation kesatuan untuk melindungi hak gurutidak pernah ada kebutuhan akan interventation kesatuan untuk melindungi hak guru, (berbeda, keluhan yang telah diajukan sebagai respons terhadap prosedur pengamatan kepala sekolah, namun bermaksud baik dan hati-hati berencana mereka sudah). Kelompok utama guru bekerja sama, atau colleagueship sebagai sedikit (1987) menyebutnya, meliputi, pertama, observasi kelas dan proses pembinaan berbentuk seperti kepala sekolah mengunjungi yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. guru mengamati bahkan mungkin rekaman video nya atau koleganya dalam tindakan, mengumpulkan data untuk analisis kemudian dan komentar. kedua, banyak sekolah yang dinamis kelompok kerja guru bentuk yang mingguan untuk membahas dan memecahkan masalah dan merencanakan dan menginstal metode pengajaran baru. jika penggunaan sekolah pengajaran tim, kelompok dapat bertemu setiap hari untuk “refleksi dalam aksi” (sykes, 1983). ketiga, pusat guru adalah premi yang lebih sering digunakan itu, seperti namanya, melibatkan pertemuan kelompok dengan guru ahli, konsultan, professinal lain, atau hanya rekan-rekan untuk meningkatkan metode pengajaran dan keterampilan manajemen.
6. Model Keefektifan Pendidikan
Gambar 1.2. Gambaran skematis model keefektifan sekolah.
Sekolah efektif memiliki beberapa karakteristik, yakni sekolah yang memiliki pemimpin yang memahami kepemimpinan dalam bidang pendidikan, memiliki kualitas kurikulum/ kesempatan untuk belajar, memiliki orientasi kepada prestasi, memperlihatkan waktu belajar yang efektif, adanya umpan balik dan penguatan, suasana ruang belajar yang baik, iklim sekolah yang baik, adanya keterlibatan yang berkenaan dengan orang tua, memiliki independen belajar (kemandirian dalam belajar), melaksanakan evaluasi terhadap potensi sekolah, konsensus dan kohesi, memiliki instruksi yang tersusun (kebijakan sekolah yang jelas), dan kebijakan yang diadaptasikan dengan situasi dan kondisi.
Ciri-ciri dan Indikator Efektivitas Sekolah
Ciri-ciri Indikator
Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas Tujuan sekolah:
• Dinyatakan secara jelas
• Digunakan untuk pengambilan keputusan
• Dipahami oleh siswa, guru dan staf
Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat Kepala Sekolah :
• Bisa dihubungi dengan mudah
• Bersikap responsif kepada guru, staf, dan siswa
• Responsif kepada orang tua dan masyarakat
• Melaksanakan kepemimpinan yang terfokus pada pembelajaran
• Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal
Ekspektasi guru dan staf tinggi Guru dan staf :
• Yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi
• Menekankan pada hasil akademis
• Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa
Ada kerja sama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat Sekolah :
• Komunikasi secara positif dengan orang tua
• Memelihara jaminan dukungan orang tua
• Bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat
• Berbagi tanggung jawab untuk menegakkan displin dan mempertahankan keberhasilan
• Menghadiri acara-acara penting di sekolah

Senin, 10 Februari 2014

08.19 - No comments


KETERAMPILAN, STRATEGI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seorang guru yang terampil menyatukan seluruh keterampilannya ketika mereka mengelola kelas secara efektif. Hal ini termasuk kemampuan dalam hal persiapan dan perencanaan, untuk memilih atau membiarkan siswa untuk menentukan sendiri topic dan tugas dan membantu mereka mempelajari dan mengerjakannya, menggunakan waktu dan tempat dengan efektif, waspada terhadap hal-hal yang mungkin terjadi dikelas, menentukan model ruang kelas, membuat keputusan yang cerdas untuk setiap permasalahan, membaca situasi dengan cepat, menangani penyimpangan dan gangguan, mempertahankan hubungan yang baik dan menentukan aturan yang harus dipatuhi dalam proses belajar mengajar, menangani sumber belajar dengan terampil, mengenali dan mengerti tentang hal-hal yang lebih luas, (termasuk rekan guru, kepala sekolah, instansi yang terkait, otang tua siswa dan masyarakat sekitar.
Keterampilan mengajar harus dilihat secara satu kesatuan dan tidah boleh dipisahkan kedalam beberapa kompetensi dan tehnik. Kererampilan professional dalam suatu pekerjaan seperti mengajar hanya dapat  ditingkatkan jika guru menindaklanjuti pertanyaan “mengapa?”, “bagaimana?”, “apa”?, hal-hal penting yang terkait dengan manajemen waktu dan jarak, kemapuan spesifik guru untuk mengelola kelas dan mengambi keputusan.
1.       Manajemen kelompok dan individual.
Salah satu trategi penting yang harus ditentukan oleh seorang guru dalam manajemen waktu dan jarak adalah menggunakan sistem belajar untuk seluruh kelas, secara berkelompok, tugas individu maupun gabungan dari keseluruhannya. Kebanyakan guru menggunakan campuran strategi ini dalam pendekatan mengajar mereka, tetapi beberapa diantara mereka tidak selalu menggunakan waktu dan jarak dengan baik untuk berbagai aktifitas. Contohnya, dalam sebuah pelajaran, para siswa diminta untuk meniru program yang ada di radio maupun televise. Para siswa diminta untuk mengumpulkan cerita yang terkait dengan topik yang mereka pilih, apabila mereka menjadi seorang reporter, menyiapkan biletin berdurasi 5 menit, merekam video atau suaranya, kemudian  memainkanya kembali didepan kelas. Dia mungkin akan menggunakan strategi seperti dibawah ini:
-          Pengajaran untuk seluruh kelas.
Paqda awal pembelajaran, siswa ditanya tentang “berita”, dan kenapa berita itu penting, bagaimana seorang pembaca berita itu dipasang. Kemudian menjelaskan bahwa kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok, mendiskusikan bagaimana mereka akan mengaturnya, apa yang harus mereka lakukan, dan apa yang akan mereka rekam untuk buletinnya. Di tengah sesi dia mungkin juga akan melihat kembli peningkatan yang telah dicapai oleh siswa, menjawab pertanyaan dan menyelesaikan pertanyaan yang ada. Pada akhirnya, seluruh kelas dimhta untuk menyimak dan melihat setiap bulletin dan mendiskusikan pilihan, prioritas dan penhgiriman informasi
-          tugas kelompok
setelah sesi pembelajaran pertama selesai, guru mengelompo siswa, 5 orang perkelompok, kemudian mendiskusikan cerita yang akan mereka angkat, siapa yang akan menjadi reporter, siapa yang akan membaca berita, siapa yang akan mengatur efek suara, menjadi orang yang diwawancara, dsb.


-          tugas individu
menggali informasi, menulis skenario pendek selama 30 detik, praktek penggunaaan kaset rekorder, membaca bulletin.

Anda mungkin bisa membuat daftar keadaan yang mungkin terjadi dalam pengajaran keluruh kelas, tugas kelompok maupun tugas individu. Membuat kelebihan dan kelemahan dari berbagai pendekatan yang digunakan. Contohnya, anda munhgkin membayangkan dalam [pengajaran seluruh kelas, siswa akan mudah ditangani apabila mereka patuh, tapi akan menjadi sulit ketika mereka tidak tertarik pads topic yang diajarkan; akan membutuhkan perhatian ekstra untuk memonitor siswa dalam tugas individu; mengelola kelas dalam beberapa kelompok yang berbeda mungkin membutuhkan persiapan, gerak cepat dan kewaspadaan yang tinggi. Anda dapat menguji hipotesis yang anda buat sesuai dengan pengalaman anda didalam kelas.
2.       Manajemen waktu
Dalam konteks pembelajaran dikelas, penggunaan waktu sanggatlah penting.
Sering kali ada batasan waktu yang tersedia dan penggunaan keterampilan yang berbeda antara anak-anak untuk belajar secara efektif. Diwaktu senggangnya para guru membuat perencanaan dan persiapan, memeriksa hasil kerja siswa, mengajukan pertanyaan , memberikan informasi , mendengarkan dan berbicara dengan individu atau kelompok , atau mengambil bagian dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Siapa saja yang ingin mengelola waktu secara efektif akan menemukan bahwa beberapa jenis
analisis sistematis sesekali bisa sangat mencerahkan . Mengajar adalah pekerjaan yang sibuk
yang mengharuskan semua energi yang dapat dihimpun untuk itu , jadi analisis semacam ini
tidak boleh berlebihan. Sebagai contoh, adalah mungkin untuk mencoba untuk merekam setiap
jam rincian tentang bagaimana jam sebelumnya telah dihabiskan. Serangkaian aktivitas dapat dirangkai sebagai ' perencanaan dan persiapan ' , ' mengajar anak-anak ', ‘ menghadiri pertemuan formal atau informal ' , memeriksa pekerjaan ' dan ' menilai peningkatan ' , ' waktu sosial ' dan lain-lain. Setiap jam guru dapat memperkiraan dengan cepat berapa menit yang dihabiskan untuk setiap kategori . Hal ini kemudian mungkin, pada akhir hari atau minggu , untuk melihat bagaimana satu waktu telah dihabiskan.
Mungkin kita akan terkejut betapa banyak waktu yang telah dikhususkan untuk pertemuan , betapa sedikit waktu yang dihabiskan untuk mengajar , atau berapa banyak waktu penilaian yang diambil selama periode tertentu tahun ajaran . Meskipun latihan itu sendiri memakan waktu yang berharga , itu layak dilakukan , secara berkala , terutama ketika guru berusaha untuk mengarahkan energi mereka .
Waktu adalah konsep kosong . Jika seseorang menghabiskan berjam-jam untuk menyalin catatan mungkin hanya ada sedikit hal yang dipelajarinya.  Ada dua fitur yang sangat signifikan dalam penggunaan waktu. Yang pertama adalah bahwa waktu harus dihabiskan untuk sesuatu yang berharga , dan yang kedua adalah tingkat keberhasilan yang dicapai murid.
Dalam penelitian kami ke dalam kelas utama kami telah mengamati beberapa ratus
pelajaran di mana kami menghabiskan sebagian besar waktu mengamati setiap satu individual anak di kelas . Salah satu pendekatan yang kita gunakan adalah untuk mempelajari setiap anak selama 20
detik dan kemudian membuat dua keputusan . Yang pertama adalah untuk menanyakan apakah anak-anak tampaknya memiliki focus yang 'tinggi' ( 14-20 detik ) , ' sedang ' ( 7-13 detik ) atau ' rendah' ​​( 0-6
detik ) terhadap tugas yang seharusnya mereka kerjakan. Yang kedua adalah untuk merekam apakah anak-anak berperilaku baik selama periode 20 detik , atau melakukan penyimpangan ringan atau serius. Penyimpangan ringan seperti hal obrolan terlarang, membuat gerakan yang mengganggu pekerjaan anak lain . Penyimpangan yang lebih serius termasuk agresi fisik , vandalisme , kerusakan properti , atau perilaku menghina anak lain atau guru .
Dalam rangka untuk merekam dua potongan-potongan informasi , peneliti memasukkannya ke dalam tabel berikut ini. Contohnya, Mary telah bekerja secara konsisten dan berperilaku baik , John telah bekerja selama sekitar sepuluh detik dan menghabiskan sisanya mengganggu temannya dan Alice sama sekali tidak mengerjakan tugas, dan menyebut gurunya sebagai ' sapi tua ' .
Siswa
Detik Konsentrasi
Tingkat Penyimpangan
Rendah
(0-6)
Sedang
(7-13)
Tinggi
(14-20)
Tidak sama sekali
Ringan
Lebih Serius
1.       Marry


V
V


2.       John

V


V

3.       Alice
V




V

Seringkali akan tampak jelas bagi pengamat apakah murid terlibat dalam tugas atau apakah murid berbuat nakal. Namun akan terasa sulit untuk memutuskan bahwa anak tersebut menatap tajam dengan penuh konsentrasi atau hanya melamun. Dengan demikian , rekaman semacam ini hanya berupa perkiraan kasar yang hanya dapat digunakan bersama bukti lain untuk indicator keberhasilan pembelajaran.

Aktivitas 16
Anda dapat menggunakan lembar data seperti tabel di atas untuk untuk membuat gambaran umum
keterlibatan siswa dalam mengerjakan tugas dan sikap di kelas yang Anda amati . sekarang
biasanya tidak mungkin untuk mengajar dan melakukan penelitian di kelas pada saat yang sama. pengamat harus bebas untuk mengamati seakurat mungkin dan guru harus mampu
mengajar tanpa hambatan. Anda mungkin memerlukan seseorang untuk mengamati pengajaran Anda. Ini adalah  Latihan yang bisa dilakukan oleh dua guru untuk bekerja sama dalam pengembangan kemampua mereka.
Metode
Lengkapi lembar data seperti tabel diatas dengan mengamati setiap murid selama dua puluh detik kemudian , untuk masing-masing siswa, ditandai untuk menunjukkan detik konsentrasi pada tugas dan untuk menunjukkan tingkat penyimpangan. Amati setiap anak dengan teliti secara sistematis. Jika Anda tahu nama-nama para murid , dengan cara acak , pastikan Anda
tidak mengamati anak yang sama dua kali . buatlah keputusan terbaik yang Anda bisa dalam setiap kasus dan pastikan pengamatan dilakukan dengan cara yang bijaksana dan sensitif , dari sudut pandang yang cocok . Hitung keterlibatan dan skor penyimpangan untuk pelajaran menggunakan prosedur berikut .

Skor Keterlibatan ( berbagai kemungkinan 0-100 )
Pertama-tama Anda harus mendapatkan Factor A. Untuk melakukan ini Anda kalikan jumlah murid dikategori  ' rendah' dengan 0 , jumlah murid dalam kategori 'medium ' dengan 1, dan kategori ' tinggi ' dengan 2 , dan menambahkan nilai yang dihasilkan . Misalkan Anda mengamati 28 murid dan menemukan 2 , 10 dan 16
murid menjadi ' rendah' ​​, ' sedang ' dan ' tinggi ' pada tugas masing-masing , maka Factor A akan menjadi sebagai berikut :
Konsentrasi ‘Rendah’ pada tugas
2 siswa
Dikalikan 0 = 0
Konsentrasi 'Sedang' pada tugas
10 siswa
Dikalikan 1 = 10
Konsentrasi 'Tinggi' pada tugas
16 siswa
Dikalikan 2 = 32
Total
28 siswa
Faktor A = 42 ( yaitu 0 + 10 + 32 )

Selanjutnya, masukkan Factor A dalam persamaan di bawah ini :
Skor Keterlibatan =  =  =  = 0,75 
Akhirnya kalikan dengan 100 , memberikan skor keterlibatan 75 . Jika setiap anak sepenuhnya melibatkan skor maksimum akan menjadi 100 , dan jika tidak ada yang terlibat dalam tugas skor minimum akan menjadi 0 . Maksimum dari 100 akan diperoleh jika semua siswa di kelas yang diamati memiliki konsentrasi 'Tinggi' pada tugas .
Skor penyimpangan
Menggunakan prosedur yang sama dengan di atas, tapi kali ini kategori ‘tidak sama sekali’ dikalikan dengan 0, ' ringan ' dikalikan dengan 1 dan ' lebih serius ' dikalikan dengan 2. Dengan demikian distribusi berikut akan menghasilkan nilai penyimpangan dari 20 jika ada 25 siswa di kelas , dengan 16 , 8 dan 1 siswa di ' tidak ada ' , ' ringan ' dan kategori ' lebih serius ' masing-masing .
Tidak sama sekali
16 siswa
Dikalikan 0 = 0
Ringan
8 siswa
Dikalikan 1 = 8
Lebih serius
1 siswa
Dikalikan 2 = 2
Total
26 siswa
Faktor A = 10 ( yaitu 0 + 8 + 2 )

Skor Penyimpangan =  =  =  = 0,20
Skor 0,20 dikalikan dengan 100 kemudian menghasilkan skor penyimpangan 20.
Diskusikan hasil pengamatan antara guru dan pengamat dalam Kegiatan 16 dengan poin seperti :
• Bagaimana gambaran umum tingkat keterlibatan dan mengapa seperti itu ?
• Bagaimana gambaran umum tingkat perilaku / jenis perilaku yang terjadi ?
• Anak-anak yang berperilaku dengan cara apa ? Berikan perhatian pada setiap anak jika memungkinkan , tidak hanya untuk mereka yang nakal atau bekerja secara intensif.
• Apakah perilaku yang diamati khas (akan lebih baik melakukan lebih dari satu kali pengamatan di kelas tersebut) .
• Mendiskusikan beberapa peristiwa yang diamati oleh pengamat , baik positif maupun negative.
• Observasi dapat dikompilasi oleh pencatatan peristiwa penting.
Pertimbangkan cara untuk meningkatkan keterlibatan dan mengurangi kenakalan . Ini melibatkan menangani hal-hal seperti :
• Apakah tugas yang diberikan sesuai dan cocok?
• apakah dasar pengamatan telah disipakan dengan baik? Sehingga siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan ?
• Apakah guru telah mengelola waktu secara efektif atau pengembangan pelajaran terlalu berlarut-larut , lambat, atau membosankan ?
• Apakah guru mengawasi  pekerjaan dan perilaku siswa?
• Apakah perilaku siswa yang kurang pantas ditangani secara efektif dan apakah perilaku siswa yang baik diakui?
• Apa yang terjadi saat murid menyelesaikan pekerjaan mereka ?
• Apakah siswa mampu bekerja secara independen, atau apakah mereka juga bergantung pada guru ?
• Apakah pencapaian masing-masing anak memuaskan mengingat waktu yang tersedia ? ( Hal ini dapat diperoleh dengan memilih enam siswa ' target’ , tiga anak laki-laki dan tiga perempuan , dari masing-masing kategori tinggi, sedang dan siswa kemampuan rendah, dan melihat khusus pada apa yang mereka capai selama periode observasi . )
Dalam periode pengamatan kadang-kadang mungkin untuk melakukan lebih dari satu putaran di kelas . Jika hal ini dilakukan , maka keterlibatan dan penyimpangan tingkat dapat dihitung untuk berbagai jenis kegiatan . Pertanyaan yang akan diajukan antara lain:
• Apakah ada perbedaan yang signifikan yang tampak dalam pola untuk berbagai jenis kegiatan ?
• Apa jenis kegiatan dijamin keterlibatan tertinggi dan perilaku terendah ?
• Apakah ada perilaku yang tidak pantas ketika hal-hal tertentu terjadi ? ( Misalnya , kadang-kadang
terjadi bahwa penyimpangan meningkat selama transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya , terutama jika gerakan dan berdesak-desakan terjadi . )
• Apakah ada perbedaan yang signifikan ?
Sebagai hasilnya, guru dan pengamat dapat mendiskusikan saat-saat sulit dan menemukan cara-cara pengelolaan potensi masalah masa depan yang lebih efektif .

Selama proyek penelitian kami telah mengamati ratusan pelajaran menggunakan pendekatan ini. Ada berbagai skor perolehan dan pristiwa kritikal yang dianalisis . Ringkasan hasilnya dapat dilihat ditabel dibawah ini:

Skor keterlibatan
Skor penyimpangan
Rata-rata dari seluruh kelompok Rata-rata terendah untuk setiap guru
Skor terendah untuk setiap pelajaran individu
Rata-rata tertinggi untuk setiap guru
Skor tertinggi untuk setiap pelajaran individu

71
38

28

92

100
5
0

0

20

26

Anda harus sangat hati-hati ketika membandingkan skor dengan angka kelompok ini .Nilai keterlibatan dan penyimpangan bukan ukuran kualitas . Hal itu hanyalah perkiraan kasar dari perhatian siswa terhadap tugas .
3.       Manajemen Ruang
Lingkungan fisik untuk belajar dapat menjadi sangat penting , sehingga perlu untuk mempelajari penggunaan ruang di sekolah. Freiberg ( 1999b ) menjelaskan kasus disebuah sekolah di mana beberapa perkelahian terjadi setiap hari di sekitar ruang makan . Ketika ia melihat lingkungan ia menemukan ada sejumlah besar kebisingan dan kekacauan dalam ruang di mana perkelahian ini  terjadi: mainan pisau dan garpu logam , suara dari dapur , denting piring yang dibersihkan . Semua faktor ini menyebabkan suara-suara yang gaduh, sehingga semua orang tampaknya berteriak dan berdesak-desakan , dan menghasilkan tingkat stres yang tinggi . Sekolah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi kebisingan , beberapa siswa ditunjuk untuk membantu mengawasi suasana ruang makan.  Perkelahian itu secara bertahap menghilang . Perhatikan dua contoh berikut .

Contoh 1 Mengambang dan tenggelam
Sekelompok anak-anak sedang bekerja di sebuah kelas berbentuk persegi panjang kecil . sepanjang
dinding dihiasi dengan jendela wastafel . Sepertiga dari siswa dikelas diperintahkan untuk melakukan tugas dalam topik , "Apa yang mengapung dan apa yang tenggelam ? ' sementara dua pertiga yang lain melanjutkan dengan pekerjaan normal mereka sambil menunggu giliran. Bekerja secara berpasangan, masing-masing pasangan diperintahkan untuk mengumpulkan tangki plastik kecil dan mengisi setengahnya dengan air dari wastafel . Mereka kemudian harus kembali ke tempat mereka dan menempatkan berbagai objek seperti gabus , apel , batu , beberapa pasir , bola karet , dll. Ke dalam
air dan merekam apakah masing-masing melayang atau tenggelam . Sayangnya , bagaimanapun,
anak-anak yang membawa air harus  berjalan melewati orang lain yang duduk di sekitar meja dekat wastafel . Jalan keluar dari wastafel sempit , ada tas dan mantel di lantai , dan beberapa murid terkena  percikan air , sehingga banyak murid yang menggerutu.

Contoh 2 Mampu melihat
Guru berusaha untuk menjelaskan kepada sekelompok anak-anak bahwa mereka akan melakukan jalanan hari berikutnya . Dia membuat peta di papan tulis yang menunjukkan beberapa fitur yang akan mereka lihat pada kunjungan  mereka . Semua murid duduk di sekitar meja yang berbentuk heksagonal. Mereka yang membelakangi guru hatus memutar leher mereka untuk melihat papan , yang lain setengah berdiri untuk melihat peta yang dijelaskan guru.
kegiatan 17
Menggunakan selembar kertas persegi , merancang tata letak ruang kelas ketika anda mengajar atau nanti jika anda mengajar.  Anda harus membuat asumsi sebagai berikut:
• Anda memiliki ruangan sekitar 52 meter persegi ( m2 ).
• Akan ada 24-30 anak yang hadir pada satu waktu .
• Seorang anak duduk di meja tunggal atau meja akan membutuhkan sekitar 1-1,25 m2 luas lantai .
• Enam anak yang duduk di sekeliling meja bundar akan membutuhkan 4-5 m2 .
• Tiga anak duduk di meja persegi panjang atau semi - heksagonal akan membutuhkan sekitar 2-2,5 m2 .
• Anda akan memerlukan paling sedikit 2 m2 ruang untuk guru .
• Setiap persegi pada rencana Anda mewakili 1 m2 .
Anda mungkin menggambar rencana ruang berbentuk persegi panjang atau L, seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Banyak sekolah , tentu saja , dirancang dengan cara yang lebih terbuka , dengan ruang yang bersebelahan. Jika Anda ingin merancang sesuatu di sepanjang garis-garis ini , maka cukup
berasumsi bahwa sebagian atau seluruh dinding bisa dihapus sehingga Anda hanya bisa merancang ruang anda sendiri. Selanjutnya, Anda harus menarik garis didalam kertas persegi yang menunjukkan tata letak di mana anak-anak akan duduk dan bekerja , seperti apa fasilitas yang Anda inginkan, dan di mana ini mungkin berada. Bila Anda telah menyelesaikan sketsa Anda , buatlah daftar sumber daya apa dan fasilitas yang Anda ingin untuk di tambahan.
                 6,5 cm                                                               8m
                                                                                                                               4m
8m                                                              8m
                                                                                                                  3m
                                                                                                            4m
                                                                                     5m
Anda dapat melihat secara kritis rencana anda dan melihat apakah efektif untuk anda bekerja . Sebagai contoh, ia akan memungkinkan :
• kebebasan bergerak jika diperlukan untuk diri sendiri dan anak-anak ;
• anak-anak untuk bekerja bersama-sama atau sendiri dalam berbagai tugas ;
• Anda untuk mengatasi seluruh kelas bila diperlukan ;
• tampilan kerja yang tepat;
• fleksibilitas untuk memvariasikan kegiatan dari hari ke hari atau pelajaran ke pelajaran , dengan gangguan minimal .
Selain itu, Anda dapat mencoba untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah manajemen : misalnya, di mana gerakan yang berlebihan dan sulit mungkin terjadi sebagai anak-anak berjalan kaki dari kursi mereka ke beberapa fasilitas yang mereka butuhkan , apakah Anda akan dapat melihat semua yang terjadi,  bagaimana Anda akan berurusan dengan anak-anak, dll.  Akhirnya , anda dapat mempertimbangkan seberapa baik  anda dapat membuat kelas Anda sendiri untuk wilayah kerja ' ideal' Anda , apakah tata letak ruangan Anda meningkatkan atau menghambat pembelajaran murid.
KEWASPADAAN
Mengetahui apa yang individu dan kelompok lakukan , mengantisipasi masalah sebelum terjadi , melihat seseorang yang muncul bingung dan membutuhkan bantuan , semua ini adalah contoh dari kebutuhan untuk kewaspadaan . Dalam rangkahat situasi yang tidak teratur, guru terampil mengembangkan teori Jacob Kounin yang disebut ' withitness ' - yaitu , kemampuan untuk membagi perhatian Anda antara individu atau kelompok Anda dengan keseluruhan kelas , untuk ' memiliki mata di belakang kepala Anda.
Ini melibatkan dua jenis penggunaan mata :
-          Pertama adalah kemampuan untuk melibatkan siswa dalam kontak mata , dengan kata lain untuk menggunakan mata Anda sendiri untuk melihat mereka , untuk member nan menerima pesan.
-          Kedua adalah untuk dapat melihat keseluruhan kelas dengan cepat untuk mengetahui apa yang terjadi di bagian wilayah kerja .

Dalam gambar A , zona kecil yang disorot . Hal ini menunjukkan sekitar daerah yang berada dalam fokus yang sangat tajam ketika seorang guru melihat ke sekitar ruangan: mungkin wajah seseorang , gambar , jam , namun cakupan sebenarnya cukup kecil . Gambar B , di sisi lain , menunjukkan tiga zona bersama-sama, pusat 2 sampai 3 derajat berada dalam fokus yang sangat tajam , area 45 derajat dalam alasan - fokus dengan kemampuan tajam dan sisa 170 - zona 180 derajat lebih kabur sebagai Bentuk 'kesadaran'. Sebagai contoh, telah sering diamati bahwa pertanyaan guru ditujukan kepada atau dijawab oleh anak-anak di pusat posisi , dan bahwa mereka yang duduk di dekat tepi ruangan yang lebih jarang
terlibat . Karena anak-anak memahami betul dinamika kelas kehidupan , mereka yang ingin berada di 'suasana yang sibuk'seringkali duduk di depan atau di tengah ruangan. Mereka yang mencari lingkungan yang lebih tenang dapat memilih duduk di pojok atau didekat jendela. Bagaimanapun, kewaspadaan bukanlah sesuatu yang harus dilakukan dalam isolasi . Ada banyak situasi umum di mana kewaspadaan efektif untuk digunakan, seperti berikut :
1.       Mengantisipasi masalah
Guru melihat bahwa murid di salah satu bagian ruangan telah menyelesaikan tugas mereka lebih awal dan mulai mengalihkan perhatian orang lain .
2.       pemantauan pekerjaan
guru yang berjalan sepanjang sambil memonitor pekerjaan anak-anak secara efektif selama kelas berlansung memiliki gambaran yang jelas tentang proses belajar anak-anak .
3.       Audit publik
4.       Guru harus sesekali mengaudit hasil pekerjaan siswa. Namun apabila hal ini terlalu sering dilakukan juga bisa mengganggu konsentrasi siswa.
5.       Menghindari kecelakaan
Sesi desain dan teknologi sesi dapat membantu proses belajar dan menarik , tapi keselamatan adalah suatu hal yang penting juga.
6.       Pendidikan pribadi dan social
Apakah anak-anak saling membantu , berbagi , menunggu giliran , atau mereka berperilaku negatif meremehkan satu sama lain , menunjukkan kekejaman?

ISYARAT KONTEKS
Guru magang kadang-kadang bertanya, 'Apa yang Anda lakukan jika ... ? ' Pertanyaan , dan kemudian kecewa ketika guru atau tutor menjawab , "Itu tergantung pada keadaan . " Pengajaran akan menjadi pekerjaan yang jauh lebih mudah jika semua peristiwa dalam kategori tertentu dapat diidentifikasikan. Namun ruang kelas bukanlah pabrik untuk memproduksi robot yang dapat dimasukkan paku persis tempat yang sama , dengan efek yang sama , minggu demi minggu.

Penyimpangan DAN GANGGUAN
Definisi ' penyimpangan ' bervariasi . Untuk beberapa guru , berbicara dengan murid lain mungkin merupakan perilaku nakal atau menyimpang , bicara mungkin diizinkan asalkan itu berhubungan dengan tugas yang diberikan. Dalam salah satu penelitian terhadap lebih dari dua ratus pelajaran yang diberikan oleh siswa guru di sekolah menengah (Wragg, 1989), sumber yang paling umum dari perilaku menyimpang itu memang disebabkan oleh suasana kelas yang terlalu berisik atau pembicaraan yang tidak relevan, diikuti oleh gangguan dari orang lain, kesesuaian penggunaan bahan atau peralatan, makan di kelas dan gerakan terlarang (meninggalkan tempat duduk tanpa izin, berjalan).
sekitar tiga - perempat dari kasus, guru magang membuat beberapa respon sebelum
penyimpangan meningkat , paling sering perintah untuk berhenti , teguran , atau pernyataan
aturan . Hal-hal yang lebih serius, seperti agresi fisik pada siswa lain
dan penghinaan kepada guru , hanya dicatat dalam satu atau dua persen dari
segmen pelajaran yang dianalisis . Studi guru yang berpengalaman di sekolah dasar dan
sekolah menengah juga telah menunjukkan bahwa obrolan bising menjadi bentuk paling umum
dari perilaku menyimpang ( Wragg , 1993) .
Namun demikian , meskipun relatif sedikit kenakalan serius telah
dicatat dalam studi ruang kelas , ada dua hal penting yang perlu
ditangani . Yang pertama adalah apa yang harus dilakukan terhadapr hal sepele seperti tingkat kebisingan , yang kedua adalah bagaimana menangani bentuk-bentuk yang lebih serius dari perilaku ketika hal itu terjadi . Sebuah survei yang dilakukan oleh Sheffield University untuk Komite Elton
menemukan bahwa guru sekolah dasar melaporkan bahwa siswa berbicara ribut atau keluar dari gilirannya, mengganggu  orang lain, dan menggunakan alat peraga dengan tidak semestinya, sebagai kejadian yang paling sering  mereka tangani. Laporan The Elton menyimpulkan:
Rekomendasi kami berhubungan dengan berbagai macam masalah disiplin, terutama
gangguan terus-menerus. Kami menemukan bahwa sebagian besar sekolah telah tertata dengan baik. Tetapi bahkan di sekolah-sekolah yang dikelola dengan baik gangguan minor muncul
menjadi masalah. Insiden relatif sepele yang paling memprihatinkan
guru mempersulit  guru untuk mengajar dan siswa untuk belajar.
Dalam kasus yang berurusan dengan kebisingan di dalam kelas, refleksikan reaksi yang ditunjukkan oleh guru sebagai berikut:
( a) "saya sudah meminta Anda untuk tenang dan saya bisa melihat ( menunjuk ) 1 , 2 , 3 ... 4 , 5 ... 6 , 7 anak-anak yang sedang gaduh. Pelankan suaramu .” anak-anak menjadi lebih tenang .
( b ) Anak-anak menyeimbangkan bangunan batu bata pada skala di satu meja . ada kegaduhan yang cukup besar dan anak laki-laki memukul seorang gadis di meja yang sama . dia bergerak , memprotes , ke meja lain . Dia kemudian memukul gadis lain di meja yang sama . si gadis pergi ke guru dan meminta dia untuk mengikat celemeknya . Suara dari ujung ruangan berlanjut, tetapi guru tidak tidak campur tangan .
( c ) ( dalam sesi bercerita dengan siswa usia 5 tahun yang duduk di karpet ) ' Carina , saya sudah
meminta Anda untuk berhenti bicara . kemari dan duduk di samping saya . ' si anak duduk disamping guru dan menjadi lebih tertarik pada cerita .
( d ) Seorang guru magang mencoba untuk memberikan latihan kepada siswa usia 7-8 tahun yag tengah gaduh. Dia meminta suswa untuk tenang tenang dan kemudian menghentakkan kakinya . Ini tidak berpengaruh pada kebisingan . Dalam wawancara setelah itu dia menjelaskan hentakan kakinya sebagai tindakan bodoh yang akan ditiru oleh siswa, jadi dia tidak akan melakukannya lagi .
Tanggapan (a) dan (c) yang efektif dalam menghentikan kebisingan, tapi guru
gagal untuk merespon dalam (b) dan hentakan kaki tidak berpengaruh. seperti
bentuk lain dari perilaku, kegaduhan bisa terjadi karna berbagai sebab. Guru yang efektif
mengendalikan tingkat kebisingan dengan menerapkan batas pada pertemuan awal di kelas mereka.
Akitivitas 18
Seorang guru magang yang baru memulai praktik mengajar di sekolah, tiba-tiba menemukan David , siswa 10 - tahun dari kelas lain , masuk kedalam kelasnya, dan melintasi ruang antara dirinya dan sekelompok murid yang dia menangani . Dia agak terkejut pada situasi ini , dan tidak yakin bagaimana harus bereaksi .
1 Simak beberapa faktor, dimana ia mungkin atau mungkin tidak menyadari , dan refleksikan bagaimana masing-masing factor tersebut dapat mempengaruhi reaksinya .
( a) sekolah adalah rencana terbuka dan kebebasan bergerak diperbolehkan , bahkan dianjurkan .
( b ) David dikenal sebagai pembuat masalah dan sering pergi ke bagian lain dari sekolah dan
menyebabkan gangguan .
( c ) ayah David sakit parah di rumah sakit dan David marah dan bingung .
( d ) Kepala sekolah telah mengirimkan David ke seputaran sekolah untuk mengantarkan pesan.
( e ) David sangat tinggi untuk anak seusianya .
( f ) David sangat kecil untuk anak seusianya .
( g ) Guru dan anak-anak bekerja dengan perlatan berteknologi yang berpotensi menimbulkan bahaya.
(h ) Kelas tertawa terbahak-bahak .
( i ) kelas berjalan dengan sunyi.
( j ) David adalah anak yang telah dinyatakan memiliki kesulitan belajar dan mudah
menjadi bingung .
2 Pikirkan isyarat konteks lain yang mungkin mempengaruhi keputusan guru dan mendiskusikan bagaimana , di
setiap kasus , reaksi guru terhadap kejadian tersebut bisa atau harus terpengaruh .

Aktivitas 19
Kami menempatkan sejumlah situasi disiplin kepada guru dalam bentuk foto, beberapa menggambarkan masalah yang lebih serius.
1 Perhatikan dua gambar A dan B.  Gambar A menunjukkan dua anak mendorong satu sama lain, gambar B konfrontasi dengan seorang siswi.
2 Tentukan dalam setiap kasus apa yang akan Anda lakukan jika hal ini terjadi di kelas Anda sendiri.
3 pertimbangkan dan diskusikan respon guru dalam wawancara. Balasan diberikan dalam
urutan frekuensi sehingga jawaban pertama adalah yang paling sering diberikan.
TUNJUKKAN GAMBAR A
Gambar A Anda sedang dudukmembelakangi siswa ketika Anda mendengar suara. Anda berbalik
dan melihat dua anak bermain-main. Anda pernah menskor mereka sekali hari itu karena tidak mengerjakan tugas mereka. Apa yang akan Anda lakukan?

TUNJUKKAN GAMBAR B
Gambar B Anda telah menangkap gadis ini menulis di buku orang lain. Anda telah mengatakan kepadanya untuk berdiri didepan kelas dan Anda mendengarnya bergumam 'sapi tua' dengan pelan. Anak-anak di dekatnya terkekeh. Apa yang akan Anda lakukan?
gambar A
1 Pisahkan dua anak.
2 Cari tahu apa yang telah terjadi.
3 Ini akan tergantung pada anak-anak / harapan  mereka / sanksi dari sekolah.
4 periksalah tugas yang seharusya dikerjakan anak-anak dan nilailah dengan situasinya.
5 Katakan kepada mereka untuk berhenti / komentari perilaku mereka.
6 anggap itu sebagai usaha membuang-buang waktu dan buat mereka kembali bekerja.
7 Menghukum mereka (saran yang paling sering diberikan untuk menjaga mereka ttp tenang).
pendapat lain -  meminta mereka untuk duduk di samping guru, membawa mereka keluar, berbicara secara individual dengan mereka.

gambar B
1 Bicara padanya sendiri, sekarang atau nanti.
2 Tampilkan emosi - marah, sedih, kecewa, humor.
3 Ini akan tergantung pada anak.
4 Kirim ke kepala sekolah.
5 Libatkan seluruh kelas dalam beberapa cara.
6 Menghukum gadis itu.
7 Memintanya untuk mengulanginya.
8 menyuruhnya keluar kelas.
pendapat lain paksa dia menghilangkan mencoret-coret tersebut.